ramadhan

Prevalensi Stunting di Bolsel Turun di Akhir Tahun 2023

0 172

MEDIONET, BOLSEL – Upaya dan kerja keras Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), dalam upaya penanganan percepatan penurunan stunting di wilayahnya menuai hasil yang signifikan.

Hal ini terlihat pada aplikasi sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022 dan 2023, serta aplikasi Web Monitoring Bina Bangda Kemendagri yang menunjukkan bahwa, kondisi stunting di Kabupaten Bolsel selama dua tahun terakhir 2022 dan 2023, telah terjadi penurunan prevalensi stunting skala Kabupaten dari 5,21% menjadi 3,07%.

Secara detail, terdapat 5 kecamatan mengalami penurunan prevalensi stunting yaitu; Kecamatan Posigadan 3.90% (2022) menjadi 2.62% (2023), Kecamatan Helumo 5% (2022) menjadi 4,3% (2023), Kecamatan Bolaang Uki 9,5% (2022) menjadi 4,8% (2023), Kecamatan Pinolosian 4,6% (2022) menjadi 3% (2023) Kecamatan Pinolosian Timur (wilayah Kerja PKM Dumagin) 3.20% (2022) menjadi 2,2% (2023) dan (wilayah Kerja PKM Onggunoi) 7,8% (2022) menjadi 1,7% (2023).

Selain itu, ada dua diantaranya menurun secara signifikan yaitu Kecamatan Bolaang Uki 9.5% (2022) menjadi 4.8% (2023), dan Kecamatan Pinolosian Timur (wilayah Kerja PKM Onggunoi) 7.8% (2022) menjadi 1,7% (2023). Kemudian, ada dua kecamatan mengalami kenaikan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Tomini 1,5% (2022) menjadi 1,7% (2023), Kecamatan Pinolosian Tengah 0.50% (2022) menjadi 1,2% (2023).

Sekretaris Daerah Bolsel, Marzanzius Arvan Ohy, menjelaskan, penurunan prevalensi stunting tersebut adalah hasil kerja keras seluruh jajaran Pemda melalui program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing perangkat daerah yang termasuk dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), melalui pembiayaan APBD 2023 dengan total anggaran Rp 24.785.676.745, yang mencakup intervensi spesifik sebesar Rp. 1.278.927.200, dan intervensi sensitif sebesar Rp. 23.329.426.695, serta intervensi koordinatif sebesar Rp 377.322.830.

Selain itu kata Sekda, upaya penurunan stunting juga di dukung oleh pemerintah desa se-Kabupaten Bolsel, melalui pembiayaan APBDes dengan total anggaran di 81 desa sebesar Rp 4.656.362.710.

“Keberhasilan penurunan prevalensi stunting di Bolsel juga di topang oleh peran serta komunitas, organisasi masyarakat, perusahaan swasta dan masyarakat filantropi melalui program Berkah Tuntaskan Stunting (BTS) yang dilaksanakan sejak awal tahun 2023. Ada juga program intervensi perusahaan JRBM untuk stunting di dua kecamatan daerah lingkar tambang yaitu Kecamatan Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur,” papar Sekda.

Sementara itu, pada akhir tahun 2023 ini, aksi integrasi percepatan penurunan stunting di Kabupatem Bolsel, sudah masuk ke aksi 7 yaitu pengukuran dan publikasi. Di mana, pada tahap aksi 7 ini dilakukan pelaporan hasil pengukuran balita (bayi bawah lima tahun) dan baduta (bayi bawah dua tahun) yang termasuk kategori stunting pada aplikasi e-PPGBM dan aplikasi Web Monitoring Bina Bangda Kemendagri.

Melihat perkembangan ini, Sekda juga berharap, persentase prevalensi stunting di Bolsel akan terus mengalami penurunan hingga dapat mencapai target Nasional dalam RPJMN yaitu 14% (pengukuran SSGI) di tahun 2024.

“Kami berharap seluruh pemangku kepentingan di daerah untuk tidak berpuas diri dengan hasil yang telah dicapai. Mari terus kita bekerja keras bersama-sama satukan langkah gas full mewujudkan penurunan stunting di Bolsel demi mencapai target Nasional 14 persen di tahun 2024,” ajak Panglima ASN Bolsel ini. (Advertorial)

Leave A Reply

Your email address will not be published.